Tulisan mengenai Pengembangan Sistem Informasi
(Tugas Audit Sistem Informasi D4 STAN)
Oleh: Rheza Afrian Pratama - D4 STAN Akuntansi
Akusisi, pengembangan, implementasi
dan pemeliharaan sistem informasi adalah sebuah kesatuan proses dalam
penyelenggaraan sistem informasi pada sebuah organisasi. Proses ini memberikan
dampak pada munculnya permintaan terhadap sumber daya yang dimiliki organisasi,
seperti keuangan, manusia, dan juga sumber teknologi informasi lainnya. Hal
penting yang perlu diperhatikan oleh sebuah organisasi adalah memastikan
kualitas masing-masing tahapan dalam penerapan sebuah sistem di organisasi.
Sebelum melakukan akuisisi, pengembangan, implementasi dan pemeliharaan sistem
informasi, organisasi harus menyusun sebuah perencanaan yang baik dan berlapis
karena perencanaan merupakan tahapan paling penting dari suatu fungsi
manajemen, terutama dalam menghadapi lingkungan ekternal yang berubah dinamis.
Dalam era globalisasi ini, perencanaan harus lebih mengandalkan prosedur yang
rasional dan sistematis dan bukan hanya pada intuisi dan firasat (dugaan).
Salah satu maksud dibuat perencanaan adalah melihat program-program yang akan
dijalankan untuk meningkatkan kemungkinan tercapainya tujuan-tujuan organisasi
di waktu yang akan datang. Perencanaan organisasi harus aktif, dinamis,
berkesinambungan dan kreatif, sehingga manajemen tidak hanya bereaksi terhadap
lingkungannya, tapi lebih menjadi peserta aktif dalam dunia usaha.
Dibandingkan akusisi, implementasi dan
pemeliharaan sistem informasi, proses pengembangan adalah proses yang paling
menyita dan menyerap banyak sumber daya sebuah organisasi, karena itulah proses
pengembangan perlu diberikan perhatian khusus karena merupakan proses penting
dalam penerapan sistem informasi dibandingkan proses lainnya. Pengembangan dari
dalam organisasi sendiri lebih banyak dipilih oleh organisasi yang besar karena
sistem yang dikembangkan sendiri itu lebih mudah dilakukan pemeliharaannya dan
lebih mudah untuk dikustomisasi sesuai dengan kebutuhan organisasi yang mungkin
sewaktu-waktu berubah. Ketergantungan pada vendor juga dapat dikurangi dengan
mengembangkan sistem secara mandiri. Walaupun proses pengembangan sistem secara
mandiri memiliki beberapa keunggulan, pengembangan juga akan menemukan beberapa
risiko yang tentunya memiliki beberapa kunci sukses dalam penanganan
risiko-risiko tersebut, diantaranya:
- Kualitas
buruk dari sistem aplikasi yang diluncurkan karena kurang cocoknya dengan sistem
dan infrastruktur terdahulu dan kurang user
friendly. Adapun kunci suskses penanganannya adalah dengan menjelaskan
secara rinci dan jelas tentang technical requirement pada saat proses
pengembangan akan dilakukan serta mengajak secara aktif end user untuk
memberikan masukan pada sistem yang akan dikembangakan.
- Sistem
data dan program dihadapkan pada error
seperti proses sistem yang tidak akurat, proses transaksi yang tidak selesai,
penyimpanan data yang salah, dan tidak berjalannya audit trail. Adapun kunci sukses penanganannya adalah dengan
melakukan test plan and strategy secara komprehensif serta menyiapkan prosedur
perubahan program untuk melakukan perbaikan sistem.
- Sistem
mungkin saja tidak berjalan sesuai yang diharapkan karena kurangnya pelatihan
pengguna dan kurang baiknya prosedural penggunaan. Adapun penanganan pada
risiko ini adalah dengan melakukan post-implementation
evaluation dan memperbaiki proses manajemen terutama penanganan keahlian
end-user.
- Munculnya
biaya yang lebih tinggi dari yang dianggarkan dan lewat batas waktu
pengembangan. Adapun penanganan risiko ini adalah dengan melakukan kontrol
terbaik pada project management.
Intisari dari berbagai risiko yang
telah disebutkan di atas pada dasarnya adalah risiko-risiko yang muncul karena
kurang baiknya proses perencanaan yang disiapkan oleh manajemen. Perencanaan
yang baik sangat penting dalam pengembangan sistem, kesalahan implementasi sistem
bahkan akuisisi sistem juga bergantung pada konsep pengembangan sistem yang
berawal dari perencanaan.
Di lingkungan sektor publik, khususnya
di Kementerian Keuangan, penerapan pengembangan sistem yang murni dikembangkan
secara mandiri tidak terlalu banyak dilakukan, hanya beberapa sistem aplikasi
kecil untuk kegiatan teknis tertentu yang dikembangkan secara mandiri oleh
beberapa organisasi di lingkungan Kementerian Keuangan. Sistem informasi besar
seperti SPAN di Direktorat Jenderal Perbendaharaan ataupun proyek SIDJP di
Direktorat Jenderal Pajak harus melalui proses pengembangan dengan didampingi
oleh vendor IT tertentu. Pendampingan oleh vendor yang memiliki tingkat
keahlian pengembangan IT yang lebih baik dan professional kiranya sudah baik
dilakukan mengingat masih terbatasnya sumber daya IT yang dimiliki oleh
Kementerian Keuangan, yang perlu diperhatikan untuk mencapai kesuksesan dalam
pengembangan IT di lingkungan Kementerian Keuangan adalah perlunya tingkat
ketelitian dalam menyusun sistem
requirement yang selaras dengan tujuan organisasi Kementerian Keuangan itu
sendiri. Pengadaan system informasi yang dijalankan oleh Kementerian Keuangan
selalu berdasar pada proses pelelangan barang dan jasa pada umumnya, yang di
dalam proses pengembangannya memadukan antara sumber daya IT vendor dan juga
dari pihak Kementerian Keuangan, ini lebih mengarah pada sifat akuisisi namun
dengan sistem partnership yang saling
control agar sistem informasi yang diinginkan organisasi sesuai dengan
spesifikasi yang diminta.
Dari paparan di atas dapat disimpulkan
bahwa proses pengembangan sistem informasi adalah hal penting yang perlu
diberikan perhatian khusus oleh sebuah organisasi dengan mengingat bahwa
berbagai kendala yang mungkin muncul pada proses setelah pengembangan itu
terjadi dikarenakan kurang baiknya proses perencanaan yang ada pada tahap
pengembangan. Perencanaan adalah hal penting, perlu dibentuk berbagai model
perencanaan dari tahap system requirement sampai dengan perencanaan
implementasi sistem.